Pengertian Penyakit Epilepsi (penyakit ayan) Gejala, Penyebab dan Pertolongan Pertama
ilustrasi kejang kejang (photo:google image)
Pengertian penyakit epilepsi (penyakit ayan) Gejala, penyebab dan Pertolongan pertama. Epilepsi atau Penyakit Ayan adalah sekelompok gangguan neurologis jangka panjang yang cirinya ditandai dengan serangan-serangan epileptik. Serangan epileptik ini episodenya bisa bermacam-macam mulai dari serangan singkat dan hampir tak terdeteksi hingga guncangan kuat untuk periode yang lama. Dalam epilepsi, serangan cenderung berulang, dan tidak ada penyebab yang mendasari secara langsung sementara serangan yang disebabkan oleh penyebab khusus tidak dianggap mewakili epilepsi.

Gejala

Epilepsi merupakan kelainan yang disebabkan oleh terbentuknya sinyal listrik di dalam otak yang menyebabkan timbulnya kejang berulang. Pada umumnya, epilepsi ditandai oleh hal-hal sebagai berikut:
  1. Terjadi kejang atau bangkitan berulang, 2 bangkitan atau lebih dan lebih dari 1 episode (kejadian)
  2. Kejang terjadi tanpa faktor provokasi atau penyakit otak akut
  3. Kejang sering terjadi mendadak tanpa dapat diperkirakan sebelumnya
  4. Manifestasi kejang epilepsi berupa pandangan kosong, kaku otot, pergerakan tidak terkontrol, penurunan kesadaran, perasaan ganjil atau kejang seluruh badan.


Serangan

Jenis serangan epilepsi yang paling umum (60%) adalah konvulsi (kejang). Dari serangan-serangan ini, dua per tiga mulai dengan serangan kejang fokal yang kemudian bisa menjadi umum sementara sepertiganya mulai dengan serangan kejang umum. Sisa 40% jenis serangan lainnya adalah non konvulsi.

Ada enam jenis utama serangan epilepsi umum: tonik-klonik, tonik, klonik, myoklonik, absans, dan serangan atonik. Semuanya melibatkan hilangnya kesadaran dan biasanya terjadi tanpa peringatan.

Penyebab

Epilepsi atau Ayan bukanlah penyakit tunggal, namun merupakan suatu gejala yang dapat dihasilkan oleh sejumlah gangguan berbeda. Menurut definisinya, serangan epilepsi terjadi secara spontan dan tanpa ada sebab langsung seperti pada penyakit akut. Penyebab yang mendasari epilepsi dapat diidentifikasikan sebagai masalah genetik, struktural, atau metabolisme, namun 60% kasus epilepsi tidak diketahui sebabnya.

Genetik, cacat bawaan lahir, dan gangguan perkembangan lebih umum dialami mereka yang lebih muda, sedangkan tumor otak dan stroke lebih mungkin pada orang yang lebih tua. Serangan juga dapat terjadi sebagai akibat masalah kesehatan lain jika serangan terjadi tepat setelah adanya sebab tertentu, seperti stroke, cedera kepala, konsumsi bahan toksik, atau masalah metabolisme, serangan ini disebut kejang simtomatik akut, dan termasuk kejang-kejang dalam klasifikasi yang lebih luas gangguan terkait-kejang bukan epilepsi. Banyak di antara sebab-sebab kejang simtomatik akut yang juga dapat mengarah pada kejang yang disebutkan belakangan, yaitu epilepsi sekunder.

Faktor Pemicu kejang

Berikut beberapa hal yang dapat memicu terjadinya kejang, antara lain:

  1. Kelalaian meminum obat
  2. Kurang tidur
  3. Makan tidak tepat waktu
  4. Stres, kegembiraan dan kesedihan berlebih
  5. Siklus menstruasi atau perubahan kondisi hormonal
  6. Sakit atau demam
  7. Mengonsumsi obat di luar obat untuk epilepsinya
  8. Mengonsumsi alkohol dan narkoba

Pertolongan Pertama Pada Kejang

Memposisikan penderita dengan kejang tonik klonik aktif pada posisi bertumpu pada sisi badan dan pada posisi pulih akan membantu mencegah cairan masuk ke paru-paru. Meletakkan jari, kotak gigitan atau penekan lidah di mulut tidak disarankan karena dapat menyebabkan penderita muntah atau menyebabkan penolong tergigit. Usaha-usaha yang ada harus dilakukan agar penderita tidak mencederai diri sendiri. Tindakan pencegahan cedera tulang belakang biasanya tidak diperlukan.

Bila kejang berlangsung lebih dari 5 menit atau terjadi dua atau lebih kejang dalam satu jam tanpa proses pemulihan ke keadaan normal di antaranya maka keadaan ini dianggap sebagai darurat medis yang dikenal sebagai status epileptikus. Kondisi ini memerlukan pertolongan medis agar jalan napas tetap terbuka dan terlindung jalan napas nasofaringeal akan sangat membantu pada keadaan ini.
Untuk di rumah, pengobatan awal yang diberikan pada kejang dengan durasi yang lama adalah midazolam yang diletakkan di mulut. Diazepam dapat juga diberikan dalam bentuk sediaan secara rektal. Di rumah sakit, pemberian lorazepam secara intravena lebih disukai. Bila dua dosis benzodiazepine tidak efektif, penggunaan obat lain yang dianjurkan adalah fenitoin. Status epileptiku konvulsif yang tidak memberikan respon terhadap penanganan awal biasanya memerlukan perawatan di unit gawat darurat dan perawatan dengan senyawa yang lebih kuat seperti tiopenton atau propofol.

Jangan takut dan panik ketika melihat seseorang mengalami kejang, utamakan keselamatan dan bertindak tenang berikut hal-hal yang dapat anda lakukan :

  1. Pindahkan barang-barang berbahaya yang ada di dekat pasien. Jangan pindahkan pasien kecuali berada dalam bahaya. Longgarkan kerah kemeja atau ikat pinggang agar memudahkan pernafasan.
  2. Jangan masukkan apapun ke mulut pasien, atau benda keras di antara gigi karena benda tersebut dapat melukai pasien.
  3. Bila pasien muntah atau mengeluarkan banyak liur, miringkan kepala pasien ke salah satu sisi.
  4. Observasi kondisi kejang. Perhatikan keadaan kesadaran, warna wajah, posisi mata, pergerakan keempat anggota gerak, dan suhu tubuh, waktu saat kejang mulai dan berakhir, serta lamanya kejang.
  5. Tetap di samping pasien sampai keadaan pasien pulih sepenuhnya. Bila setelah kejang berakhir tidak ada keluhan atau kelemahan, maka pasien dapat dikatakan telah pulih. Namun bila pasien mengalami sakit kepala, terlihat kosong atau mengantuk, biarkan pasien melanjutkan istirahatnya. Jangan mencoba memberi stimulasi pada pasien jika keadaan pasien belum sepenuhnya sadar. Biarkan pasien kembali pulih dengan tenang.
  6. Obat supositoria (0bat yang pemakaiannya dengan cara memasukkan melalui lubang/ celah pada tubuh, umumnya melalui rectum/ anus) dapat diberikan untuk menghentikan kejang.

Diagnosa Epilepsi

Diagnosa epilepsi ditegakkan berdasarkan pemeriksaan menyeluruh dari anamnesa/ riwayat medis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang diagnostik. Pada sebagian besar kasus, anamnesa dilakukan terhadap orang di sekitar pasien (keluarga, teman kerja, dll), karena pasien epilepsi sering tidak dapat mengingat kejang yang mereka alami.

Untuk pemeriksaan penunjang, dokter akan menggunakan Electroencephalogram (EEG), pemeriksaan radiologi berupa Computed Tomography (CT Scan) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI). Selain itu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan jenis dan dosis obat yang nantinya akan diberikan kepada pasien.

sumber referensi:
http://www.ekahospital.com/epilepsy-the-first-aid-and-the-right-treatment diakses tanggal 11 juni 2015
http://id.wikipedia.org/wiki/Epilepsi diakses tanggal 11 juni 2015

Share this:

Related Posts

Show Disqus Comment Hide Disqus Comment

Disqus Comments